TREND BUDIDAYA TABULAMPOT

TREND BUDIDAYA TABULAMPOT


Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Musi Rawas,

 

Lahan sebagai media tanam merupakan salah satu faktor utama tumbuh kembang tanaman  Seiring perkembangan populasi manusia mengakibatkan lahan pertanian semakin berkurang. Hal ini berbanding terbalik dengan kebutuhan pangan manusia yang semakin bertambah. Salah satu solusi yang dapat dikemabangkan adalaha metode penanaman buah dalam pot atau yang sering dikenal dengan tabulampot. Tabulampot adalah teknik budidaya tanaman yang menggunakan pot dan sejenisnya sebagai tempat meletakkan media tanam dan bibit tanaman1).

Saat ini sistem tabulampot semakin banyak digunakan masyarakat. Tabulampot dianggap mampu memenuhi kebutuhan pangan keluarga terutama kebutuhan protein nabati dari buah dan sayuran. Selain itu, tabulampot menjadi solusi efektif untuk menyalurkan hobi bercocok tanam masyarakat perkotaan dan juga dapat menjadi penghias perumahan masyarakat. Umumnya tanaman buah-buahan yang banyak dikembangkan dalam sistem tabulampot. Buah-buahan yang umumnya dikembangkan dalam tabulampot antara lain : jeruk, manga, jambu, kedondong, dan kelengkeng. Selain buah, tanaman lain juga bisa dijadikan tabulampot, seperti tanaman hias, tanaman obat-obatan atau biasa disebut juga apotik hidup dan bumbu daput 2).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya sistem tabulampot adalah persiapan bibit, media tanam, dan perawatan. Bibit yang digunakan dalam tabulampot umumnya menggunakan bibit dari hasil perbanyakan vegetatif. Bibit vegetatif memiliki sifat yang sama dengan indukannya sehingga hasil yang didapat terseleksi dengan baik dan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Bibit vegetatif dapat diperoleh dari proses pencangkokan, stek, dan perbanyak vegetatif lainnya. Selain sumber bibit, perlu juga memperhatikan bibit yang bebas dari hama dan penyakit tanaman.

 

 

Selain bibit unggul, media tanam merupakan hal krusial dalam budidaya tabulampot. Media tanam berfungsi sebagai tempat perkembangan perakaran, menopang tubuh tanaman, dan sumber nutrisi tanaman. Media tanam yang dapat digunakan adalah campuran tanah dan kompos. Media tanah dan kompos diharapkan membentuk struktur yang remah sehingga perkembangan akar dapat lebih optimal. Campuran kompos diharapkan mampu menyokong nutrisi tanaman. Selain media padat berupa campuran tanah dan kompos, dapat juga digunakan media cair dengan sistem budidaya aquaculture.

Perawatan tabulampot sama halnya dengan budidaya konvensional pada umumnya. Tanaman tabulampot membutuhkan pasokan nutrisi dari pupuk serta perlindungan dari organisme pengganggu tanaman. Untuk mendapatkan kualitas hasil tanaman yang baik, pupuk dan pestisida organik dapat menjadi alternatif bagi masyarakat. Penggunaan pupuk dan pestisida organik dapat memberikan hasil yang lebih sehat dan juga nilai jual yang lebih tinggi.

 

Maraknya sistem budidaya tabulampot menjadikan tabulampot sebagai usaha tambahan bagi masyarakat perkotaan. Model usaha yang dapat dikembangkan antara lain : penjualan hasil panen, penjualan bibit tanaman, penjualan pot, dan penjualan pupuk dan pestisida. Selain itu, maraknya budidaya tabulampot di kalangan masyarakat dapat juga dikembangkan usaha jasa konsultansi budidaya tabulampot. Namun, target utama dari budidaya tabulampot adalah pemenuhan kebutuhan pangan bagi keluarga.

 

Penulis : Fachri jamil – analis lahan pertanian

 

1)      Wibowo, I. W., Ananda, G. R., Setiawan, R., Prahendra, Z. A., & Adelin, D. (2015). “TRANSFARMER”Nursery Holtikultura dalam Bentuk Tabulampot. 415073(Angkatan), 1–36.

2)      Asnahwati. (2019). Dampak Usaha Tabulampot Rumah Tangga Terhadap Pendapatan Keluarga. Jurnal Akuntansi Kompetif, 2(2). Online ISSN : 2622-5379.

 


0 Komentar